Saturday, February 20, 2021

GAPURA BERKAKI SATU

Pengajaran fisika dengan hanya memberikan teori, tanpa praktek bagaikan membangun sebuah gapura berkaki satu


Gapura adalah sebuah bangunan berkaki 2 yang saya gambarkan sebagai sebuah gerbang masuk ke sebuah daerah baru ... dunia pengetahuan.  Kalimat di atas boleh dibilang absurd dan tak bermakna apa- apa, karena dimanapun yang disebut gapura itu pastilah "berkaki dua" kalau hanya satu disebut menara. Saya menulis kalimat tersebut sebagai pengingat pribadi bahwa  pengajaran fisika tidak boleh melulu hanya teori, melainkan harus juga disertai kegiatan praktek.

Berikut adalah sharing pengalaman saya suatu ketika mengajar fisika di sebuah Sekolah Menengah Pertama kelas 2. 

Waktu itu pembelajarannya tentang materi lensa cembung. Dalam kegiatan ini saya hendak menjelaskan tentang pengertian titik fokus lensa, cara pengukurannya dan sifat bayangan yang terbentuk.

Dalam kegiatan ini saya membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dan kepada masing - masing kelompok itu saya bagikan sebuah lensa cembung dan mistar.

Kemudian secara lisan sebagai pengantar saya jelaskan pengertian lensa cembung, titik fokus, jarak fokus dan cara pengukurannya. dan selanjutnya menugaskan siswa ke lapangan untuk melakukan kegiatan praktek mengukur jarak fokus lensa yang sudah saya bagikan.

Dengan antusias siswa berhamburan keluar kelas menuju lapangan sekalipun saat itu sekitar jam 12 siang dan cuacanya cukup terik.

Sementara teman - temannya bergegas ke lapangan. Ada satu siswa menghampiri saya. Menurut saya siswa ini tergolong anak pandai karena hasil tes hariannya rata - rata bagus. Saya pikir dia akan bertanya hal yang lebih jauh tentang kegiatan praktek ini. Namun ternyata ia mengajukan sebuah pertanyaan yang sangat mengejutkan," Kegiatan ini pentingkah Pak?"

Terus terang saya kaget mendengar perkataan ini. Saya menahan diri, tersenyum dan berkata, "Gabung saja sama yang lain!"  

Dalam hati saya berpikir positif,"Oh mungkin dia sudah tahu dan paham, kegiatan ini terlalu mudah baginya!"

Tak lama kemudian para siswa kembali ke kelas dan melaporkan hasil pengukuran jarak fokusnya.

Tahap berikutnya dengan menggunakan lilin, lensa cembung dan sebuah buku tulis sebagai layar, saya memperagakan proses terbentuknya bayangan nyata oleh sebuah lensa cembung. Saya menjelaskan bagaimana bagaimana bisa terbentuk bayangan pada layar dan sifat bayangan yang terbentuk tersebut.

Para siswa berkumpul di depan meja guru melihat saya mendemonstrasikan peristiwa ini. Siswa yang pandai tadi berada dalam kerumunan tetapi agak jauh dari meja guru.

Sambil memperagakan bayangan nyata pada layar, saya mencoba menanyakan pada siswa tersebut,"Coba perhatikan bayangan pada layar ini, sebutkan sifat bayangan yang terbentuk!" tanya saya.

Pertanyaan ini sengaja saya berikan kepada siswa tersebut dengan perkiraan dia akan bisa dengan mudah menjawabnya. Dan membantu siswa lain untuk memahami sifat bayangan pada lensa cembung.

Siswa itu tersenyum dan berjalan menuju bangkunya lalu mengambil buku paketnya. 

Alih - alih mengamati bayangan yang terbentuk, ia sibuk membuka lembar - lembar halaman buku untuk menemukan jawaban pertanyaan saya.

"Tidak usah lihat di buku," kata saya,"Cukup perhatikan saja bayangan ini!"

Ia bergeming dan tetap membuka - buka bukunya dan melakukannya dengan lebih cepat, agar dapat segera menemukan jawaban pertanyaan saya.

Untuk tidak membuang waktu saya mengalihkan pertanyaan pada siswa lain di depan saya. 

Siswa tersebut setahu saya tidaklah sepandai siswa sebelumnya.

Kepadanya saya berikan pertanyaan yang sama,"Coba perhatikan bayangan pada layar ini, sebutkan sifat bayangan yang terbentuk!"

Dengan segera siswa ini menjawab,"Nyata, terbalik diperkecil Pak!"

Dan jawabannya benar!

"Ah mungkin dia kebetulan saja menjawab benar", kata saya dalam hati (Ini contoh sikap yang tidak bagus, karena meremehkan siswa😬)

Saya sedikit menggeser posisi lensa sehingga menghasilkan  bayangan dengan sifat yang berbeda.

"kalau yang ini sifatnya apa?" tanya saya menyelidik.

"Nyata, terbalik, diperbesar", jawabnya

dan jawaban itu sekali lagi benar!

Siswa pandai tadi mengamati siswa yang saya tanya dan menjadi penasaran. 

"Darimana kamu tahu kalau bayangan itu nyata, terbalik diperbesar?" tanyanya pada siswa yang barusan menjawab pertanyaan saya.

"Ya kalau bisa ditangkap layar artinya nyata", jawab siswa itu.

"lalu tahunya terbalik dari mana?" tanyanya lagi
"Lho kan gambar pada layar posisinya terbalik !" jawab siswa itu sambil menunjuk pada bayangan api pada layar.

"Lalu tahunya diperbesar?"
"Kan gambarnya lebih besar dari apinya?"

Siswa pandai itu sejenak terdiam dan kelihatannya bingung.

Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan percobaan menentukan sifat bayangan oleh masing - masing kelompok. Sebagian besar siswa terlihat melakukannya dengan antusias . Siswa yang pandai tadi saya lihat mulai berbaur dan belajar bersama yang lain.

Sambil mengamati para siswa yang sibuk dengan lensa dan lilinnya, saya berpikir. "Apa yang salah dengan hal ini? Kenapa siswa yang pandai tidak bisa menjawab pertanyaan saya, sedangkan siswa yang kurang pandai justru lancar menjelaskannya?" 

Agak lama saya mencoba memahami dan mencari jawaban atas pertanyaan tersebut. 

Akhirnya saya mengakhiri pencarian jawaban tersebut dengan sebuah dugaan samar,

" Mungkin siswa pandai dalam kejadian di atas berpikir  bahwa pelajaran fisika sama dengan matematika. Ia hanya perlu menghafal rumus, mengasah logika dan melakukan latihan perhitungan soal - soal cerita untuk mendapatkan nilai yang bagus. Kegiatan praktek adalah sia - sia dan membuang waktu karena tidak ada pada saat ulangan atau ujian akhir. Selama ini yang menjadi penentu adalah tes tulis. Siswa pandai ini merasa kesimpulannya benar, dan ini diteguhkan dengan kenyataan bahwa ia masuk dalam peringkat 5 besar di kelasnya."

Saya tercenung, tampaknya alih - alih membuat gapura siswa ini sedang membangun menara ... 

ia sebenarnya tidak tertarik dengan ilmu pengetahuan, ia hanya berburu angka guna mendapat predikat siswa berprestasi.

Demikian sharing saya, Semoga menjadi bahan refleksi dan memberi inspirasi :)

JOEL

Kalimat GAPURA BERKAKI SATU ini saya ambil dari blog rintisan Pos-703.blogspot.com tertanggal JUMAT, 06 JUNI 2008



No comments:

Post a Comment