Thursday, September 19, 2019

MENURUT FISIKA KIAMAT ITU ADA!

Ketika menempuh pendidikan di jenjang SMA sekitar tahun 1989, dalam sebuah kegiatan belajar, guru Fisika saya mengatakan  bahwa peristiwa KIAMAT (akhir dunia) itu ada dan bisa dibuktikan secara Fisika! 

Terus terang saat itu saya tidak begitu paham ataupun percaya dengan pernyataan guru tersebut. Menurut saya pernyataan itu hanyalah pencampuradukan fakta yang mengada - ada saja.

Setelah lulus saya mengambil Diploma Tiga Jurusan Pendidikan Fisika dan kemudian mengajar di sebuah SMP Swasta. Ketika hendak mengajarkan tentang materi Kalor, ingatan saya terlintas kembali akan pernyataan kiamat guru fisika semasa SMA. 

Timbulah rasa penasaran dan ingin tahu untuk membuktikan kebenaran pernyataan guru tersebut. 

Dengan berbekal pengetahuan dari bangku kuliah dan informasi dari buku- buku yang ada, saya mencoba mencari penjelasan teori - teori  fisika terkait dengan akhir dunia atau disebut peristiwa kiamat! 😬😬

Kalau mendengar kata kiamat maka seringkali dalam pikiran kita akan terbayang sebuah gambaran mengerikan tentang hancur luluh lantaknya seluruh alam semesta. Gunung - gunung meletus, permukaan tanah runtuh, badai dahsyat tiada akhir, gelombang tsunami setinggi langit, batu - batu meteor berjatuhan dari angkasa  ... sangat mengerikan! Seperti film 2012 !😱 atau mungkin kehancuran alam semesta karena kedatangan Thanos atau Galactus seperti cerita fiksi di komik atau film superhero πŸ˜² Apakah peristiwa ini secara logis dijelaskan dengan teori fisika?

Menurut fisika ternyata akhir dunia itu ada!

Jika kita melakukan penalaran dengan menggunakan teori thermodinamika, ternyata peristiwa kiamat atau akhir dunia itu memang benar - benar ada! Namun penggambarannya tidaklah sedramatis film - film di atas, melainkan seperti menyaksikan sebuah film bisu tentang seorang bayi yang tumbuh secara perlahan namun pasti berubah menjadi anak - anak, remaja, pemuda, dewasa, tua dan akhirnya mati 

Untuk dapat memahami hal ini, marilah kita sejenak melakukan penalaran imaginatif tentang masa depan alam semesta ini. Agar penalaran ini menjadi suatu kesinambungan, kita andaikan ada sekelompok ilmuwan jenius yang berhasil menemukan dan meminum ramuan hidup abadi (ini hanya sekedar pengandaian untuk membantu berpikir saja) . Para ilmuwan jenius tidak bisa mati ini tinggal di bumi dan melakukan segenap upayanya untuk mencegah matinya semesta ini. 😳

Marilah kita mulai penalaran ini. 

Sebagai ilmuwan yang abadi dan jenius, kelompok ini menyadari bahwa sumber energi utama bumi ini adalah matahari. Semua makhluk hidup di planet ini sangat bergantung dan hanya bisa hidup karena mendapatkan energi dari matahari, melalui makanan yang mereka peroleh dari kegiatan fotosintesis tumbuhan.

Secara fisika, sebenarnya matahari adalah sebuah bom atom yang berukuran raksasa. Di dalam inti matahari terjadi reaksi penggabungan atom - atom hidrogen menjadi atom - atom Helium dengan melepaskan dan memancarkan energinya ke segala arah ... yang sebagian kecil di antaranya jatuh ke bumi dalam bentuk cahaya, panas, ultra violet dan sinar - sinar radiaoaktif lainnya.

Setelah beberapa juta tahun kemudian lambat tapi pasti, atom - atom Hidrogen ini akan habis dan berubah seluruhnya menjadi  helium, hingga akhirntya tidak ada lagi energi yang dilepaskan ... akibatnya matahari kemudian menjadi padam dan mati. 

Ketika hal ini terjadi, para ilmuwan ini mencoba mengamati sekitarnya untuk mendapatkan energi pengganti matahari yang bisa dimanfaatkan. Mereka mendapati bahwa semua cadangan minyak bumi dan batu bara sudah habis terpakai. Sungai berhenti mengalir karena tidak ada hujan ... disebabkan terhentinya penguapan air karena tidak ada kalor dari matahari. Angin berhenti bertiup karena suhu atmosfer bumi merata di mana - mana sama, sehingga tidak terjadi perbedaan tekanan udara. Karena tidak ada angin, maka gelombang air laut pun tak terbentuk. 

Karena tidak ada cahaya matahari phytoplankton tidak bisa berfotosintesis dan mengakibatkan ikan - ikan dan makhluk laut mati dan punah. Tanaman di daratan tidak bisa berfotosintesis sehingga produksi pangan dan oksigen juga terhenti terhenti.

Para ilmuwan abadi yang tidak bisa mati itu mencoba untuk bertahan dan mencari cara untuk menyelamatkan planet ini. Akhirnya mereka mengandalkan panas bumi, energi nuklir dan energi kimia yang tersisa, namun itupun lambat laun pasti habis. 

Oh iya masih ada energi potensial gravitasi. Ilmuwan itu masih bisa mendapatkan energi kinetik dengan cara menjatuhkan batu- batu yang ada di atas gunung atau bukit ... namun itupun segera habis. Ketika bukit dan gunung rata dengan permukaan tanah maka energi potensial gravitasinya nol!

Ketika seluruh permukaan dan suhu di bumi menjadi rata (homogen) maka pada saat itulah bumi dinyatakan sudah mati! Tidak ada kehidupan ataupun energi. Inilah akhir hidup planet bumi.

Para ilmuwan abadi super jenius ini kemudian menyelamatkan diri dengan cara berpindah ke planet lain yang masih memiliki bintang dan ada energinya. Namun dengan segera mereka sadar bahwa peristiwa yang sama akan berulang kembali dan planet baru yang mereka diami saat ini akan mengalami hal yang sama dengan bumi. Bintang mereka mati dan kehidupan di planet itu juga akan mati ... dan mereka harus pindah lagi.

Ribuan, jutaan dan milyaran kali mereka berpindah dari satu planet ke planet yang lain, dari satu galaksi ke galaksi lain, dan semuanya selalu berakhir pada ujung yang sama .... yaitu kematian bintang dan planet. 

Secara logis, pada suatu ketika akan ada satu peristiwa di mana semua bintang telah padam, permukaan dan suhu atmosfer planet menjadi rata. Dengan matinya bintang- bintang, suhu jagad raya menjadi agak hangat namun merata di segenap penjuru semesta. Suhu yang merata ini tidak memungkinkan terjadinya perpindahan kalor. Pada ketika inilah para ilmuwan abadi super jenius ini menyadari bahwa alam semesta sudah mati. Di mana - mana tidak ditemukan adanya perbedaan suhu (seperti seorang dokter yang tidak menemukan tanda - tanda kehidupan pada pasiennya ... jantung berhenti, pupil tidak bereaksi) ... apakah ini yang dimaksud dengan kiamat? 

Saya menghentikan penalaran imaginatif ini sampai di situ dan menarik sebuah kesimpulan bahwa pada suatu ketika alam semesta ini akan berhenti berdetak ... ketika energinya Nol!

Perlahan saya membuka mata dan melihat lingkungan sekitar. Masih ada tumbuhan hijau dalam pot di teras rumahku ... masih ada angin bertiup ... dan matahari masih bersinar. Saya menuju dapur dan menyalakan kompor ... ternyata masih keluar apinya πŸ˜ƒ Horeee ... ternyata sekarang masih belum kiamat ! πŸ˜„ Aku masih diberi kesempatan hidup! πŸ˜„

Saya berkata dalam hati," Daripada membuang waktu memikirkan kiamat lebih baik berpikir yang ada saja ... dan berbuat hal baik yang bisa dilakukan !" πŸ˜œπŸ˜‡πŸ˜‡

Untuk sekedar pengingat refleksi ini, saya membuat puisi berikut: 


ARAH SANG ALAM

Alam selalu berubah, 

Lambat ... namun pasti,

Menuju kesatu arah ...kehomogenan.


Gelegar guntur di malam hari, 

Gelak ceria, tawa - canda kodok yang berteot - teot

Bisik - bisik bayu di dedaunan 

dan ... ASTAGA!


riak kecil tarian air di bibir cawan 

adalah suara - suara langkah kaki 

sang alam yang menuju !


Surabaya, 10 Januari 1997


Demikian sharing saya, semoga bermanfaat dan memberi inspirasi :)


JOEL


No comments:

Post a Comment