Ketika seorang guru hendak memberikan tes kepada anak didiknya, maka ada beberapa tahap yang harus dilakukan agar tes yang diberikannya dapat mendapatkan hasil penilaian yang obyektif.
Langkah pertama dalam mempersiapkan sebuah tes ialah membuat kisi- kisi ulangan. Bagai orang yang hendak membuat gambar, maka kisi- kisi ini adalah gambar sketsa awal sebagai panduan ke langkah selanjutnya. Dari kisi- kisi ini kita bisa tahu materi apa yang diujikan, apa bentuk soalnya dan berapa jumlahnya.
KISI - KISI
Penyusunan kisi - kisi haruslah merujuk kepada rencana pembelajaran yang sudah dibuat sebelumnya. Tujuannya adalah agar naskah soal yang nantinya diujikan tidak menyimpang dari materi yang telah diajarkan.
Dalam sebuah kisi- kisi yang hal yang perlu dicantumkan adalah Kompetensi dasar, Indikator, Materi, Jumlah dan Bentuk soal. Pemilihan Indikator dan materi soal haruslah merujuk pada Kompetensi Dasar yang hendak diraih. Sedangkan bentuk dan jumlah soal disesuaikan dengan indikator dan waktu yang tersedia.
Kisi- kisi yang sudah disusun ini boleh dibagikan kepada siswa untuk digunakan sebagai panduan dalam belajarnya.
TELAAH SOAL
KARTU SOAL
Selanjutnya dengan berpedoman pada kisi- kisi yang telah dibuat, guru dapat mulai menuliskan rumusan soal dalam bentuk kartu - kartu soal. Pada sebuah kartu soal ini biasanya dituliskan kembali Kompetensi Dasar, Indikator dan Materi. Pencantuman ini bertujuan agar soal yang dibuat tidak melenceng dari tujuan semula dan juga memudahkan penelaahannya di kemudian hari.
Di samping rumusan soal, dalam sebuah kartu soal harus pula disertakan kunci jawaban dan pedoman penilaian / penskoran. Saat membuat kunci jawaban seorang guru dapat membayangkan rangkaian proses berpikir yang akan dilakukan / dialami oleh siswa ketika mengerjakan soal tersebut.
Penyusunan pedoman penskoran / kriteria penilaian perlu dilakukan untuk menghindarkan bias ketika melakukan penilaian. Rambu- rambu pedoman yang dibuat lebih awal ini akan membantu guru untuk menjadi lebih obyektif dan mudah dalam menilai pekerjaan siswa. Bahkan jika pedomannya dibuat secara jelas dan rinci, apabila guru tersebut berhalangan maka dapat dibantu oleh rekan yang lain dan hasil penilaiannya tidak akan jauh beda dengan yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan.
Sebelum soal - soal itu diujikan, ada baiknya untuk memastikan bahwa soal- soal yang kita buat ini nantinya dapat berfungsi dengan baik. Jangan sampai rumusan soal itu melenceng dari tujuan semula atau mungkin bahasanya sulit dipahami oleh siswa. Tahap ini disebut dengan telaah soal.
Penelaahan soal ini sebaiknya dilakukan oleh guru yang lain agar mendapatkan sudut pandangan yang berbeda, Dalam telaah ini hendak diperiksa apakah soal yang sudah buat sudah sesuai dengan indikatornya? sesuai dengan jenjang pendidikan?Apakah batasan jawabannya jelas? Apakah cara penilaiannya jelas dab obyektif? Apakah soal itu perlu disertai gambar? Apakah bahasanya mudah dipahami tidak menimbulkan kesalahpahaman?
Apabila penelaah menemukan ada yang kurang sesuai pada sebuah soal, maka soal tersebut perlu diperbaiki.
NASKAH SOAL
Jika semua kriteria tersebut terpenuhi barulah soal itu dapat dirakit menjadi sebuah naskah soal untuk diujikan pada siswa.
Setelah siswa mengerjakan naskah soal tersebut, maka guru melakukan koreksi dengan berpedoman pada kunci jawaban dan kriteria penilaian yang ada pada kartu soal. Pengkoreksian dilakukan dengan menuliskan skor pada masing- masing nomor.
ANALISA HASIL ULANGAN
Dalam sebuah tes, pada umumnya ada siswa yang dapat mengerjakan soal dengan baik dan ada juga yang mendapatkan nilai kurang. Untuk mendapatkan data sebaran yang lebih rinci, maka perlu dilakukan kegiatan analisa ulangan harian untuk mengidentifikasi materi yang belum dikuasai siswa. Kegiatan ini disebut analisa hasil ulangan.
Kegiatan analisa ini dilakukan dengan cara memasukkan skor perolehan masing - masing siswa pernomor sesuai tabel di atas. Disarankan (apa bila memungkinkan), untuk menggunakan komputer untuk memudahkan proses ini.
Dengan kegiatan ini seorang guru akan memperoleh informasi tentang soal / materi yang dikuasai siswa dengan baik dan yang masih memerlukan perbaikan, sekaligus tentang kualitas soal yang dibuatnya. (Kotak yang diberi warna merah muda dan hijau).
Cara menghitung tingkat kesukaran sebuah soal:
Perhitungan tingkat kesukaran soal dilakukan dengan cara menghitung rata - rata skor total yang diperoleh seluruh siswa dan membandingkannya dengan skor maksimal.
Contoh soal nomor 1, jumlah skor 171/25 = 6,84 (sekalipun jumlah siswa 26, tetapi karena tidak hadir 1, maka dibagi 25). Kemudian angka ini kemudian dibagi skor maksimal soal no 1 (Skor maksimal = 9) sehingga didapatkan 6,84/9 = 0,76. Soal ini tergolong MUDAH karena nilai hasil perbandingannya lebih 0,7.
Cara menghitung daya pembeda sebuah soal:
Jika sudah didapatkan data Tingkat kesukaran dan Daya Pembeda, maka sebagai langkah tindak lanjut terakhir adalah menuliskan hasil ini pada kartu soal.
Kartu - kartu soal yang sudah dilengkapi dengan tingkat kesukaran dan memiliki daya pembeda yang baik ini selanjutnya diarsip dalam Bank Soal. Soal ini kelak dapat digunakan sebagai salah satu soal dalam Ulangan Akhir Semester atau Ujian Akhir.
Soal yang baik adalah soal yang dapat membedakan siswa yang mampu dan kurang mampu. Dalam analisa ini disebut dengan Daya Pembeda. Soal yang baik memiliki Indeks Daya Pembeda minimal 0,3. Cara mendapatkannya ialah dengan menghitung selisih indeks siswa yang nilainya tinggi dan yang nilainya rendah.
Secara teknis cara melakukannya seperti ini:
- Mula- mula daftar skor pada tabel di atas diurutkan dari yang tertinggi ke paling rendah.
- Kemudian dari daftar yang sudah diuurutkan tersebut diambil 25% siswa dengan nilai tertinggi dan disebut kelompok Upper dan 25% siswa dengan nilai terendah yang diberi nama kelompok Lower.
- Selanjutnya menghitung masing - masing Indeks kelompok Upper dan Lower.
- Indeks daya pembeda soal dihitung dari selisih indeks kelompok Upper dan Lower.
- Jika indeks Daya Pembedanya lebih dari 0,3 maka soal itu dianggap baik.
Contoh hitungan daya pembeda soal no 1
- Indeks kelompok Upper : Jumlah skor Upper 58, dibagi 7 (jumlah kelompok upper), dibagi 9 (skor maksimal soal no 1) sehingga diperoleh 58/(7x9) = 0,92
- Indeks kelompok Lower : 37/(7x9) = 0,59
- Daya pembeda = 0,92 - 0,59 = 0,33
- Karena hasilnya di atas 0,3, maka soal ini dianggap baik
Untuk soal no 2 dan 3 dilakukan perhitungan dengan cara yang sama dan didapatkan hasil 0,57 dan 0,77
BANK SOAL
Kartu - kartu soal yang sudah dilengkapi dengan tingkat kesukaran dan memiliki daya pembeda yang baik ini selanjutnya diarsip dalam Bank Soal. Soal ini kelak dapat digunakan sebagai salah satu soal dalam Ulangan Akhir Semester atau Ujian Akhir.
Dengan adanya keterangan data tingkat kesukaran, maka saat penguji hendak menyusun sebuah naskah soal, ia dapat mengatur proporsi tingkat kesulitan dalam naskah soal itu. Biasanya perbandingan jumlah soal mudah, soal sedang dan soal sukar pada sebuah naskah adalah 1:2:1
PENUTUP
Uraian langkah di atas adalah prosedur yang dilakukan oleh seorang guru ketika merencanakan dan melaksanakan Ulangan pada para siswa. Namun karena keterbatasan waktu dan tenaga, biasanya prosedur ini hanya dilakukan pada saat penyusunan soal ujian akhir. Sedangkan untuk Ulangan Harian cukup sekali- kali apabila diperlukan saja.
Jika pembaca adalah seorang guru muda yang mungkin mengampu tugas mengajar di tahun pertama atau kedua, Ada baiknya sekali dua kali melakukan Analisa Hasil Ulangan . Hal ini sangat berguna untuk membangung persepsi kemampuan siswa di mata guru. Sebab tidak jarang terjadi sebuah soal yang menurut guru tergolong mudah, ternyata ketika diujikan tergolong sedang. Atau soal yang menurut guru baik (bisa diambil dari buku atau buatan guru sendiri) , ternyata ketika diujikan tidak dapat membedakan siswa yang mampu dan kurang mampu.
Demikian sharing saya, semoga informasi ini bermanfaat dan memberi inspirasi :)
JOEL
No comments:
Post a Comment