Sunday, February 19, 2023

SEKILAS IMAJINASI DUNIA METAVERSE

Kata Metaverse akhir- akhir ini menjadi menjadi populer dan banyak dibicarakan orang semenjak pendiri Facebook, Mark Zuckerberg mengumumkan perubahan nama facebook menjadi Meta yang dalam bahasa Yunani berarti "melampaui". 


Istilah metaverse ini 
pertama kali muncul dalam sebuah  novel berjudul Snow Crash karya Neal Stephenson yang terbit pada tahun 1992, dan digambarkan sebagai masa depan internet beberapa tahun mendatang.

Menurut facebook, metaverse adalah seperangkat ruang virtual, tempat seseorang dapat membuat dan menjelajah dengan pengguna internet lainnya yang tidak berada pada ruang fisik yang sama dengan orang tersebut. 

Bagaimanakah kira- kira gambarannya jika kita berada dalam dunia metaverse ini?

Hingga saat postingan ini dibuat, setahu penulis penerapan konsep metaverse ini baru pada tahap  game online dengan tampilan 3D, yang memberikan sensasi pengalaman masuk ke sebuah dunia game pada penggunanya. 

Namun di masa mendatang, metaverse tidaklah sebatas pada game 3D saja, melainkan bisa menjadi semacam "dunia alternatif kedua" tempat para pengguna menghabiskan sebagian waktu hidupnya. 

Tulisan berikut adalah sebuah ilustrasi imajinatif yang dibuat berdasarkan informasi yang tersebar di internet yang dikemas menjadi sebuah cerita untuk membantu memahami tentang dunia metaverse.

Bayangkan saat ini kita sedang berada dalam sebuah kamar tidur sempit berukuran 2 x 3 meter persegi, dan sedang duduk di atas sebuah kursi. Di sekeliling kita hanya ada sebuah dipan, meja kecil dan seperangkat alat VR (Virtual Reality) yang terhubung dengan internet. 

Kita mengambil alat VR itu dan memasangkannya di kepala kita. Bagian layar alat ini berada tepat di dekat mata kita dan menutupi pandangan sehingga tidak memungkinkan untuk melihat benda- benda nyata di sekitar. Pun juga telinga kita tertutup oleh earphone yang menutup bunyi - bunyi dari lingkungan sekitar.

Ketika alat VR dinyalakan, maka melalui lensa yang berada tepat di depan mata kita tampilah sebuah gambar pemandangan tepi pantai lengkap dengan alunan ombak dan berbagai vegetasinya. 

Apa yang kita lihat ini bukanlah situasi real, melainkan hanyalah gambar digital yang diproduksi oleh komputer. Semacam gambar desktop yang muncul pada layar kita saat menyalakan sebuah komputer. Tetapi kelebihannya dibanding gambar layar desktop komputer yang dibatasi oleh jendela layar monitor, pada alat VR ini tampilan gambarnya berupa ruang 3D 360 derajat. Sehingga jika kita menoleh ke samping, ke atas, ke bawah ataupun ke belakang, maka yang kita lihat adalah kesinambungan dari gambar pantai di depan kita. Hal ini menimbulkan kesan seolah- olah kita sedang berada dalam sebuah pantai.

Tampilan gambar VR ini lengkap dengan animasi gerakan ombak yang menuju pantai ataupun nyiur yang melambai- lambai. Dan melalui suara digital yang keluar dari earphone, kita bisa mendengar suara deburan ombak dengan diiringi suara camar yang bersautan. Jika dikehendaki kita bisa mematikan suara camar itu, sehingga hanya mendengarkan deburan ombak.

Melalui tombol- tombol yang ada pada alat VR, kita bisa "berjalan" dan "berlari" mengelilingi pantai itu, dengan tanpa memerlukan gerakan fisik yang real. Dan bahkan jika malas untuk berpindah lokasi dengan cara jalan atau lari karena dirasa terlalu lama, kita bisa juga melakukan teleportasi dari satu lokasi ke lokasi lain dalam sekejap mata.

Kita bisa mengatur (mempercepat atau memperlambat) waktu dalam dunia virtual ini.  sehingga dapat menikmati tampilan suasana sunset yang romantis berkepanjangan ataupun memandangi taburan kemilau bintang di langit malam hari. 

Kita sedang merasakan berada dalam sebuah dunia yang damai dan indah. Menjadi penguasa ruang dan waktu, dalam sebuah dunia virtual yang bernama Metaverse. Dalam dunia versi yang ini semuanya tampak lebih indah dan lebih mudah, melampaui keterbatasan dunia nyata tempat kita sebenarnya berada, karena ini adalah dunia Meta!

Kita kemudian memutuskan untuk menjelajahi dunia baru ini. 

Di beberapa bagian lokasi pantai ini terpampang semacam papan iklan atau pintu - pintu misterius. Papan iklan dan pintu misterius ini adalah "pintu kemana saja" ala komik dan film Doraemon. Di mana dengan melalui pintu ini kita bisa pergi kemana saja kita suka. 

Semisal kita mendekati sebuah "papan iklan" bergambar puncak Gunung Himalaya. 

Jika kita tekan papan itu, maka serta merta tampilan gambar lingkungan yang semula nuansa pantai berganti menjadi gambar sebuah lokasi yang berada di puncak salah satu gunung di Himalaya. Dari tempat ini kita bisa melihat paparan puncak- puncak dan lereng gunung yang berselimut salju.

Jika menghendaki untuk berpindah ke tempat yang lain, kita bisa "berjalan" berkeliling di sekitar lokasi itu dan mencari "pintu kemana saja", atau bisa juga dengan cara menekan salah satu tombol pada alat VR untuk menampilkan menu aneka tempat indah lain yang ditawarkan. 

Semisal dalam menu itu ada tampilan lokasi "KEBUN BINATANG SURABAYA" dan kita menekannya. Maka serta merta gambar lokasi berubah menjadi pemandangan di sekitar pintu masuk Kebon Binatang Surabaya. 

Di lokasi ini kita menemui ada banyak "orang" yang sedang beraktivitas ataupun sekedar berlalu lalang. Jika dicermati, "orang-orang" di sekitar "kita" ini terdiri atas dua kelompok, yaitu Avatar dan "karakter asisten program".

Para avatar itu sebenarnya adalah pengunjung seperti kita, yang dalam tampilannya mereka bebas memilih wujudnya. Tampilan avatar itu mungkin berupa seorang bocah cewek yang imut (Yang orang aslinya adalah seorang pria tinggi, besar dan sangar😡😈) ataupun superhero kekar yang gagah (padahal aslinya orangnya kecil 👶) atau bahkan dalam rupa seekor monster atau vampire yang menggemaskan😎😊. 


Saat berada dalam dunia meteverse ini, kitapun juga tampil dalam bentuk avatar. Kita bebas memilih wujud dan nama kita agar dapat dikenali oleh yang lain. Untuk kali ini kita mengambil rupa anak abg laki- laki dengan kepala gundul bernama PENTOL. 

Para avatar lain di lokasi ini akan melihat kita sebagai seorang anak gundul bernama pentol.

Kita kemudian berjalan mendekati salah satu avatar dan mencoba mengajaknya berkomunikasi. Bila avatar ini berkenaan menerima, maka kita bisa bercakap-cakap dengannya secara life. Komunikasi ini sama seperti kita sedang melakukan chat atau telpon dengan "orang yang tak dikenal".Namun sekalipun tidak saling kenal, asalkan tema obrolannya sesuai dengan hobby dan minat keduanya, pastilah komunikasinya akan berlangsung dengan seru.

Jika kita ingin masuk ke dalam Kebon Binatang, maka kita harus terlebih dahulu membeli tiket masuknya. Uang yang digunakan dalam transaksi ini bukan mata uang Rupiah yang kita kenal, melainkan dalam bentuk uang krypto semisal etherium. (Kita bisa membeli uang ini secara online pada toko Krypto). 

Saat berada di depan loket kita akan dilayani oleh penjual karcisnya yang cantik dan ramah. Namun harus diingat bahwa sekalipun sosoknya berupa manusia, penjual ini bukanlah sebuah avatar, melainkan "karakter asisten program" yang terintegrasi dengan lokasi "Kebon Binatang Surabaya". Jika kita mencoba berkomunikasi dengan karakter ini, maka yang kita peroleh adalah jawaban instan yang sudah diprogram sebelumnya.

Selanjutnya kita bisa menyerahkan tiket itu kepada "Bapak Penjaga" (yang merupakan karakter asisten program) dan masuk ke dalam "Kebon Bintang Surabaya" virtual.

Dalam kebon binatang ini kita bisa menyaksikan aneka binatang koleksinya. Kita bisa berkeliling dengan cara "jalan", "lari" atau teleportasi. Dan apabila menghendaki, kita bisa melakukan rezize ukuran semut (mengubah ukurannya menjadi tampak lebih besar) sehingga tampak detilnya. 

Di salah satu sudut dalam kebon binatang ini ada sebuah toko kecil yang menjual souvenir dan pakaian. Di toko ini kita bisa membeli topi macan untuk dikenakan pada Pentol karakter kita, ataupun membeli topinya secara fisik untuk kita kenakan di dunia nyata. Jika membeli benda dalam bentuk fisik maka setelah transaksi benda tersebut dapat dikirim ke rumah kita via kurir semisal Gojek. Kita kemudian memutuskan untuk membeli satu topi macan seharga 50 ribu. Saat melakukan transaksi bendanya secara fisik, toko kecil tersebut tak ubahnya berperan sebagai sebuah toko online.

Setelah capai berkunjung ke "Kebon Binatang Surabaya", kita ingin pulang kembali ke dunia nyata, maka yang perlu dilakukan adalah cukup dengan menekan tombol OFF pada VR dan tampilannya akan lenyap.

Kita melepas alat VR dari kepala kita dan kembali melihat bahwa di sekitar kita hanya ada kursi tempat kita duduk, meja kecil, dipan dan sebuah alat VR di tangan.

Kita kemudian mengecek saldo tabungan kita yang ternyata berkurang sebesar Rp 50 ribu sesuai harga topi macan yang kita pesan secara fisik. Dan ketika mengecek status transaksi terdapat informasi bahwa topi itu sudah dikirim dan  akan sampai  dalam waktu 30 menit.  

Kita meletakkan alat VR itu di meja dan kemudian menuju ke jendela dan membukanya. Kita melihat pemandangan di luar jendela. Pemandangan ini mungkin tidak sebagus dunia meteverse. Tapi Inilah dunia kita yang sebenarnya! 

Setelah membaca tulisan di atas, mungkin pembaca akan berpikir bahwa penulis sedang halu dan berkhayal. Namun penulis yakin bahwa dunia imaginatif di atas adalah sesuatu yang tidak persis tetapi akan kita temui dalam 10-15 tahun mendatang atau lebih cepat lagi. Sebagai pembanding informasi ada baiknya kita juga mengikuti presentasi dunia metaverse ini langsung dari pakarnya ... sang pendiri facebook, Mark Zuckerberg.


Gagasan metaverse ini pernah dan sudah diadaptasi menjadi film hiburan. Di antaranya adalah trilogi The Matrix, The Matrix Reloaded dan The Matrix Revolutions yang diproduksi antara tahun 1999 - 2003 (dan dilanjutkan seri ke 4 dengan judul The Matrix Ressurection yang rencananya diproduksi tahun 2021) dan Ready Player One tahun 2018, dan beberapa film lainnya. Melalui film - film tersebut kita bisa mendapatkan ilustrasi lebih tentang dunia metaverse.

Demikianlah sharing saya, semoga catatan ini bermanfaat dan memberi inspirasi :)


No comments:

Post a Comment