Fisika itu Sulit! Keluhan semacam ini seringkali disampaikan siswa ketika mempelajari Fisika. Dan biasanya ungkapan ini selaras dengan hasil tes siswa tersebut 😥 Bagaimana caranya kita dapat membantu siswa - siswa ini? 😇
Keluhan semacam ini pernah dan sering penulis hadapi ketika menjadi praktisi pendidikan. Untunglah dulu ketika masih sekolah penulis adalah termasuk kategori "siswa bermasalah" sejenis ini 😝. Ada suatu masa di mana penulis mengalami kesulitan belajar Fisika 😵. Sehingga bisa merasakan dan membayangkan hal yang dialami siswa- siswa yang tengah menghadapi kesulitan ini 😎.
Menyikapi hal ini ketika menjadi praktisi pendidikan, penulis mencoba untuk menganalisa dan membuat diagnosa kesulitan siswa ketika belajar fisika.
Penulis mengidentifikasi setidaknya ada 7 hal yang menjadi penyebab kesulitan siswa dalam belajar. Berikut adalah titik- titik diagnostik yang penulis temukan sebagai penyebab kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal- soal fisika.
1. Kemampuan mengidentifikasi besaran dalam soal cerita dan mengubahnya ke dalam bentuk simbol - simbol (D1)
2. Kemampuan mengubah satuan ke dalam sistem satuan yang setara (D2)
3. Kemampuan menentukan rumus yang relevan (D3)
4. Kemampuan memanipulasi rumus ke dalam bentuk yang diperlukan (D4)
5. Kemampuan / konsistensi memasukkan data ke dalam rumus (D5)
6. Kemampuan melakukan operasi hitung (D6)
7. Kemampuan mengingat / menentukan satuan (D7)
Untuk mengetahui pada titik mana siswa mengalami kesulitan belajar, biasanya penulis memberikan soal seperti berikut:
Penulis meminta siswa untuk mengerjakan soal tersebut lengkap dengan format DIKETAHUI, DITANYA, JAWAB pada selembar kertas sejauh kemampuannya dan selengkap mungkin.
Berdasarkan jawaban siswa tersebut kemudian dilakukan diagnosa sebagai berikut:
Diagnosa pertama (D1) adalah ketepatan identifikasi besaran dan penulisannya dalam bentuk simbol. Dalam banyak kasus, siswa menulisnya dalam bentuk seperti berikut :
Jika ini terjadi, maka siswa diminta mengerjakan ulang dan mengganti kata- kata massa, volume dan massa jenis ke dalam simbol m, v dan rho . Adakalanya siswa juga menuliskan dengan simbol- simbolnya sendiri. Jika ini terjadi maka harus diarahkan pada simbol- simbol yang sudah dibakukan. Penegasan ini perlu dilakukan untuk bimbingan konsistensi pada tahap berikutnya.
Diagnosa pemilihan rumus (D3) ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa tersebut :
- salah memilih rumus (misal menuliskan rumus bab yang lain),
- salah menulis rumusnya (mungkin posisi massa dan volume terbalik, atau ada bagian yang kurang. Semisal rumus Energi kinetik, siswa lupa mencantumkan angka 1/2 atau tanda kuadratnya).
- menggunakan simbol- simbol yang tidak baku (Misal rumus kecepatan ditulis sebagai K=J/w ; Kecepatan = Jarak/Waktu)
Konsistensi memasukkan data (D5) pada bagian ini siswa perlu dibiasakan untuk selalu menulis secara urut sesuai rumus. Semisal diketahui besaran A = 5, B = 4 dan rumusnya C = A x B, maka perlu dibiasakan untuk menuliskan C = 5 x 4 (tidak boleh C = 4 x 5 sekalipun hasilnya sama). Hal ini perlu dilakukan agar siswa lebih teliti dan teratur.
Problem D5 ini sering penulis temui dalam bentuk pembagian. Dari pengalaman sering ada kejadian dimana siswa ragu ketika menemukan fakta bahwa hasil hitungan tidak berupa bilangan bulat.
Contoh ketika siswa seharusnya menulis 3/6 ia menjadi ragu karena angka yang di atas lebih kecil dari yang di bawah, sehingga ada yang memutuskan untuk menuliskannya sebagai 6/3 sehingga mendapatkan hasil berupa angka bulat 2. 😬
Pernah suatu ketika penulis melakukan sebuah tes diagnostik kasus ini pada siswa kelas 8. Penulis menuliskan soal 3/6 = .... di papan tulis dan meminta siswa menuliskan jawabannya pada buku catatannya dengan tanpa berkomunikasi dengan temannya.
Ketika diperiksa ternyata hasilnya cukup mengejutkan ! 😬
Ada sebagian siswa menjawab bahwa 3/6 hasilnya adalah 2, sebagian lain menjawab -2, ada juga yang menjawab 0,2 dan bahkan ada yang menyatakan bahwa hasilnya tidak bisa dihitung karena angka yang di atas lebih kecil dari yang di bawah 😭
Akhirnya memperbaiki hal ini, selama beberapa kali pertemuan sebelum pelajaran dimulai penulis melakukan pengulangan materi : 8/4 = ... ; 4/8 = ... dan sejenisnya 😄
Kasus salah hitung (D6) biasanya terjadi karena siswa terburu - buru dan kurang teliti. Kesalahan yang sering terjadi adalah 1/2 = 0,2 atau 1/5 = 0,5.
Jika tes SOAL 1 di atas sudah terlampaui dengan baik, maka dilanjutkan dengan tes versi lengkap SOAL 2 berikut:
Dalam soal kedua ini terurai lengkap titik- titik diagnostik yang diperlukan. Jika soal kedua ini dapat terselesaikan dengan baik maka bisa mulai masuk ke soal- soal HOTS (High Order Thinking Skill)
Demikian sharing saya, semoga bermanfaat dan memberi inspirasi :)
No comments:
Post a Comment