Thursday, December 14, 2023

MUNCUL DAN TENGGELAMNYA (CERGAM) KOMIK MEDAN (1952 - 1968)

 Detektif Bachtar (1954)

Karya : Zam Nuldyn (Zainal Abidin Mohamad) ; Majalah Waktu 

Komik Medan adalah istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi sekelompok produk komik yang terbit di Kota Medan antara tahun 1950 - 1970. 
Pertumbuhan komik Kota Medan secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh pertumbuhan komik di Pulau Jawa pada awal tahun 1950 an. Komik seperti Sri Asih dan serial wayang karya RA. Kosasih juga beredar di sana. 

Sebagai tonggak awal kemunculan komik medan ini beberapa penulis merujuk pada Serial Komik DETEKTIF BAHTAR karya Zam Nuldyn yang terbit pertama kali dalam Majalah Waktu pada pertengahan tahun 1954 . 

Sebelum kemunculan komik ini, menurut Koko Hendra Lubis, seorang peneliti kultur pop Sumatra Utara, hampir di semua koran yang terbit saat itu, sudah ada karikatur atau komik strip yang berisi banyolan. Namun kemunculan serial DETEKTIF BAHTAR ini membuat tradisi ini perlahan berubah. Komik ini menjadi komik bersambung pertama yang muncul antara tahun 1954 - 1956 . Awalnya di Majalah Waktu dan kemudian di harian Warta Berita. 

Sebenarnya menurut Arswendo Atmowiloto, sebelum Zam Nuldyn, sekitar tahun 1952 atau 1953, sudah ada komikus M. Nur yang membuat serial di Majalah Waktu dan Saleh Hasan dengan serial Wak Gantang di harian Waspada, tetapi kedua karya itu tak sepopuler karya Zam, sehingga kurang kuat jika digunakan sebagai tonggak acuan. 

Kemunculan serial Detektif Bahtar ini menaikkan animo masyarakat Medan terhadap produk komik. Karena istilah komik pada masa itu mengandung asosiasi buruk, maka Zam Nuldyn mencipta istilah CERGAM yang merupakan kependekan dari Cerita Bergambar, sebagai pengganti komik. Bahkan ia juga sempat mendirikan Majalah Cergam, tetapi hanya 2 nomor.

Melalui karangannya di majalah Tjergam (1961) Zam menegaskan bahwa Cergam adalah jawaban bagi pandangan apriori terhadap komik. Menurutnya isi cergam harus dinamis dan revolusioner serta membangkitkan spirit masyarakat.
Dari pemikiran inilah para komikus seangkatan Zam membangun identitas cergam Medan.

MENTJARI MUSANG BERDJANGGUT (1958)
Karya : Taguan Hardjo ; Penerbit : Harris 

Popularitas Komik Medan kian menanjak ketika Taguan Hardjo memulai serial Mentjari Musang Berdjanggut di Harian Waspada pada tahun 1957. Tahun berikutnya kisah itu diterbitkan berulangkali oleh Waspada Press sebagai buku berbentuk oblong (melebar, horisontal, panel tunggal) dan menjadi rebutan pembaca. 

BEBERAPA CONTOH KOMIK MEDAN YANG LAIN 

PANGLIMA DENAI (1961)

Karya : Zam Nuldyn ; Penerbit : Harris 

PAHLAWAN SAMUDERA HINDIA (1961)

Cerita : Sahrid ; Gambar : Utji ; Penerbit : Harris  Ukuran : 18cm x 12cm ; Tebal : 36 Halaman 

LAILA MAJNUN (1961)
Cerita : M. Suii - Jusuf Lubis ; Lukisan : M. Ali's ; Penerbit : Harris ; Ukuran : 18cm x 13cm ; Tebal : 68 halaman

MALA PAHLAWAN RIMBA (1961)
Karya : M. Kelana ; Penerbit : Casso 

PENDEKAR SETAN BELANG (1962) 
Karya : Si Gajo ; Penerbit : Casso 

Menurut Marcel Bonneff mekarnya produksi komik - komik Medan merupakan era tersendiri. Setidaknya ada 2 penanda kekhasan komik Medan, yaitu : Tema yang diangkat dan bakat besar para komikusnya. 

Menurut amatan Koko, komikus Medan banyak terpengaruh gaya komik Eropa daratan (Belgia, Jerman, Belanda). Ciri khas yang paling tampak adalah teks percakapan atau narasi yang diletakkan di bawah panel gambar, alih - alih dalam "balon kata" gaya komik Eropa Kepulauan dan Amerika. 

DAFTAR BEBERAPA KOMIKUS MEDAN 
1. Zam Nuldyn (Zainal Abidin Mohamad)
2. Taguan Hardjo 
3. Bahzar Sou'yb 
4. Djas (Djafar Siddik)
5. Si Gayo 
6. Loethfi Asmoro 
7. M. Ali 
8. Utji 
9. Arizal 
10. Triaman 


PENYEBAB JATUHNYA KOMIK MEDAN 
Konon komik Medan mencapai puncaknya pada tahun 1963, dimana pada tahun itu terjadi banyak sekali produksi komik. Namun pada tahun berikutnya produksi komik turun drastis.
Penyebabnya dari turunnya produksi ini adalah terjadinya konflik politik antara  pemerintah Indonesia dan Malaysia. Peristiwa ini berdampak sangat besar pada produksi komik karena para penerbit di Medan terbiasa mengimpor kertas dari Malaysia. sehingga ketika pecah konfrontasi pasokan kertas menjadi terganggu dan harganya melambung dan ujungnya memaksa penerbit untuk mengurangi produksinya. 

Tekanan pada penerbit ini menjadi lebih parah ketika tahun 1965 terjadi huru hara G30S yang membuat keadaan semakin kacau, dan mengakibatkan banyak penerbit gulung tikar.
Sebenarnya pada tahun 1966 - 1968 masih ada beberapa produksi, tapi animonya sudah hilang dan tak bergairah lagi.

Sumber informasi : Tirto.id. SEJARAH KOMIK MEDAN YANG POPULARITASNYA BERUMUR PENDEK ditulis oleh Fadrik Azis Firdausi.


No comments:

Post a Comment