Ini hanyalah sebuah cerita fiksi yang dibuat sebagai sebuah renungan.
Alkisah ada seorang anak manusia yang ditakdirkan oleh yang maha kuasa, untuk selalu berjalan, berjalan, dan terus berjalan . Kakinya tiada pernah dapat ia hentikan hingga nanti pada akhir hidupnya.
Mula-mula anak tersebut selalu berjalan dengan kepala menunduk ke bawah , karena dilihat bahwa pada tanah yang dipijaknya ditemui banyak sekali kerikil - kerikil tajam, dan tak jarang pula ada duri yang berserakkan . Duri dan kerikil tersebut dapat membuatnya terantuk dan terluka , suatu pengalaman yang sama sekali tidak menyenangkan bagi setiap orang .Tak lama berselang kemudian maka anak tersebut menjadi bosan . karena yang terlihat hanyalah batu, tanah, kerikil, dan duri-duri belaka. Tak ada yang indah ataupun menyenangkan dengan melihat bebatuan tersebut . Ia menjadi jenuh dan menghendaki pemandangan yang lain.
Alkisah ada seorang anak manusia yang ditakdirkan oleh yang maha kuasa, untuk selalu berjalan, berjalan, dan terus berjalan . Kakinya tiada pernah dapat ia hentikan hingga nanti pada akhir hidupnya.
Mula-mula anak tersebut selalu berjalan dengan kepala menunduk ke bawah , karena dilihat bahwa pada tanah yang dipijaknya ditemui banyak sekali kerikil - kerikil tajam, dan tak jarang pula ada duri yang berserakkan . Duri dan kerikil tersebut dapat membuatnya terantuk dan terluka , suatu pengalaman yang sama sekali tidak menyenangkan bagi setiap orang .Tak lama berselang kemudian maka anak tersebut menjadi bosan . karena yang terlihat hanyalah batu, tanah, kerikil, dan duri-duri belaka. Tak ada yang indah ataupun menyenangkan dengan melihat bebatuan tersebut . Ia menjadi jenuh dan menghendaki pemandangan yang lain.